Jumat, 11 Oktober 2013

Proud Concept From The Conscience of a Hacker’s Version



Bangga? Kenapa harus bangga? Apa kebanggaan itu perlu?

Setiap orang pasti memiliki impian. Semacam garis rencana yang ingin diwujudkan menjadi nyata. Semacam pedoman terbuka untuk menujukkan arah paling tepat ke mana kaki akan dilangkahkan kelak. Dan, semacam suatu pencapaian yang tidak menutup kemungkinan akan mampu menerbitkan sebuah kebanggaan pula pada akhirnya.

Karenanya, sebagian orang percaya bahwa kebanggaan merupakan buah dari keberhasilan. Hasil pencapaian dari setiap mimpi. Sementara, sebagian orang lainnya percaya bahwa kebanggaan akan semakin terasa jika ada pengakuan atas keberhasilan itu sendiri. Pengakuan yang sering kali disebut sebagai sanjungan. Coba, siapa yang tidak ingin mendapat sanjungan, dipuji secara habis-habisan? Adakah yang menjawab tidak?

Mungkin ada, tapi tidak semua orang yang menjawabnya. Salah satu orang itu adalah dia, Tim Berners-Lee. Ada yang merasa pernah mendengar deretan nama ini? Pasti mayoritas dari kita akan menggelengkan kepala. Tapi, adakah yang merasa pernah mendengar Hyper Text Transfer Protocol (HTTP)? Atau, dalam bahasa kerennya disebut dengan internet. Pertanyaan kali ini pasti mayoritas akan disambut dengan anggukan mantap.

Internet. Setiap orang pasti pernah mendengarnya, bahkan memanfaatkannya. Bersentuhan langsung dengan dunia ini bukan suatu hal yang luar biasa lagi. Saat ini dapat dipastikan hampir keseluruhan elemen masyarakat telah mengenal dunia internet. Dunia maya, ruang informasi tanpa sekat pembatas. Dan, orang pertama kali yang bersentuhan dengan dunia internet adalah Lee. Karena, dialah sang penemunya.

Kita bisa belajar makna kebanggaan yang sebenarnya dari seorang Lee. Karena, ketika kita mencoba untuk mendefinisikan makna kebanggaan, sebenarnya hampir menyerupai tindakan saat kita mencoba untuk mendapatkan senyuman dari banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Ibarat sebuah pekerjaan yang tak cukup dilakukan hanya dengan satu cara. Sulit diterapkan dengan satu solusi jawaban semata. Jadi, tidak ada salahnya jika kita mulai berkenalan dengan konsep kebanggaan yang dianut oleh seorang Lee! Konsep kebanggaan yang langka.

Tim Beners-Lee merupakan bagian dari “White-Hat Hacker”. Golongan komunitas hacker dengan topi putih, yaitu tokoh-tokoh yang mengagumkan dari segi pencapaian teknis dan filosofis mereka dengan turut mengembangkan budaya hacker di dunia. Dalam pandangan masyarakat awam, seorang hacker tak lebih baik dari seorang penjahat. Penjahat yang menggunakan komputer sebagai sarana utamanya. Cybercrime.

Lee dan teman-temannya memilih menjadi bagian dari komunitas hacker bukan karena bangga disebut sebagai penjahat. Tapi, lebih dari itu. Menjadi seorang hacker berarti harus memiliki kemampuan tertentu. Keahlian yang tak bisa tergantikan oleh apapun. Kemampuan untuk menciptakan hal-hal menakjubkan yang mereka yakini bisa memberikan banyak manfaat jika dapat dinikmati secara bebas. Bukan dibatasi pengunaannya oleh golongan tertentu saja.

Coba kita bayangkan, ada berapa belahan di dunia ini yang dapat menikmati kemudahan layanan dari internet? Sangat banyak, bukan? Lalu, dari sekian banyak bagian dunia tersebut, ada berapa ratus juta orang yang dapat mengakses internet dengan mudah? Dan, lebih dari sekedar banyak. Tapi, hanya sepertiga persen saja yang mungkin sudi mengakui kehebatan sang penemu itu. Terlebih lagi, setelah mereka mengetahui jika dunia yang sering dimanfaatkan itu hasil dari ‘buah kejahatan’ seorang hacker. Lalu, apakah kemudian seorang Lee menjadi tak bangga atas penemuannya? Hanya karena tak mendapat sanjungan dari banyak orang. Hanya karena disebut sebagai penjahat. Jawabannya, tidak! Karena dunia hacker tak pernah mengajarkan konsep kebanggaan yang harus selalu berjalan beriringan dengan sanjungan.

Dalam dunia hacker, ada satu ungkapan yang paling terkenal. Harga mati bagi komunitas mereka. Ungkapan itu berbunyi, “Show me the code!”. Artinya, tunjukkan padaku kode (pemrogaman) yang telah kamu buat. Ungkapan ini menegaskan dua hal: 1) bahwa hacker dinilai berdasarkan keahliannya membuat kode program, dan 2) bahwa kode program seharusnya tidak terkunci tapi dapat ditunjukkan pada masyarakat luas. Dunia hacker selalu menebarkan aura kebebasan sebebas-bebasnya. Apa yang mereka miliki juga menjadi hak milik publik luas. Mereka jarang sekali mengedepankan tindakan otoriter, atau membuat keputusan dengan pertimbangan pribadi semata. Karenanya, mereka selalu berani melakukan tindakan kreatif di luar kelaziman hidup sehari-hari.

Seorang hacker tanpa kemampuan nyata, tetapi kerap sekali sesumbar pada forum-forum online, tak ubahnya ‘tong kosong berbunyi nyaring’. Bising. Benar-benar menganggu. Dan, dipastikan hacker palsu ini akan puas menerima nasib tragisnya. Dipermalukan seumur hidup, atau mati tanpa pernah diingat. Karena hacker yang sesungguhnya lahir demi kebebasan. Tidak demi kepuasan mereka semata. Hingga, keberadaan kata pujian maupun hormat sanjungan bukan menjadi tolak ukur kebanggaan di mata mereka. Saat mereka bisa menghasilkan sesuatu yang bisa membuat orang lain tersenyum bahagia dan merasa terbantu, maka dari situlah kebanggaan itu akan bermula. Cukup mereka saja yang merasa.

Seperti kata-kata yang pernah diungkapkan oleh Tim Beners-Lee saat dia menghindari publikasi kehidupan pribadinya dari media massa. Dia berkata, “Dalam konteks publik, tidak apa aku ditunjuk sebagai penemu World Wide Web. Yang aku mau, citra itu dipisahkan dari kehidupan pribadiku, sebab kesohoran dapat menghancurkan kehidupan pribadi.”

Gelar menjadi seorang penemu atau menjadi seorang penjahat sekalipun, bukanlah hal berbeda di mata mereka. Para hacker tak akan pernah peduli akan adanya kemungkinan ribuan cemooh yang akan mereka terima atas tindak-tanduknya selama ini. Acuh di atas segala hina dan pandangan miring orang atas keberadaan mereka. Karena, kejahatan itulah satu-satunya sumber kebanggaan yang akan mereka rasa. Dan, sekali lagi, karena kebanggaan itu hanya cukup dirasa. Tanpa perlu ada sanjungan yang berdiri tegak di sampingnya.

Seperti bunyi pepatah orang Cina yang mengandung kebijaksanaan kuno dari Timur, bahwa “Dia yang menapak dengan lembut akan menempuh jarak yang lebih jauh”. Dengan kata lain, semakin berat hidup yang harus dijalani oleh seseorang maka semakin dekat orang itu melangkah menuju impiannya. Kerasnya hidup seharusnya mendorong kita untuk menjadi pribadi yang kuat, lebih tangguh dalam berbagai situasi terburuk, dan tegar menerima hasil akhir yang telah tercipta. Segala usaha pantas diperjuangkan demi mencapai suatu keberhasilan, dengan atau tanpa kata-kata sanjungan di akhirnya sekalipun. Karena, kebanggaan dapat lahir secara spontan saat ada rasa puas yang terlekat seketika di atas segala upaya yang telah ditegakkan. Kebanggaan itu akan datang tiba-tiba. Lahir dari sudut hati terdalam kita. Mengalir dengan sendirinya, tanpa perlu diminta.

Bagaimanapun juga, menjadi orang yang rendah hati pasti jauh lebih menenangkan daripada mengharapkan ungkapan kata "hebat" dari orang lain. Saat kita merasa hebat di atas segala-galanya, besar kemungkinan jika kemudian kita akan berkamuflase menjadi sosok sombong dan gemar pamer. Namun, jika akhirnya tak ada satu pun kata sanjungan yang berhasil tertangkap oleh telinga kita... sudah bisa dipastikan jika ribuan pil kekecewaan harus tertelan dengan paksa. Bahkan, hampir tidak akan ada lagi sisa kebanggaan atas harga perjuangan yang telah digerakkan sebelumnya. 

Jadi, untuk apa bangga harus ditunjuk-tunjukkan? Belajarlah menjadi sosok humbleCukup simpan geliat kebanggaan itu dengan rapi. Biar kita sendiri yang merasakannnya. Bukankah begitu akan terasa jauh lebih baik?

Dan rasanya pantas, jika para hacker memilih untuk berlapang dada menerima segala ucapan keras dari dunia terhadap keberadaan komunitasnya. Agar kelak, mereka dapat melangkah dengan jauh lebih ringan. Bersama konsep kebanggaan dalam napas kebebasan yang selalu tergenggam di hati nurani mereka masing-masing.


Quotes: “Manifesto Hacker
The Conscience of a Hacker (Hati Nurani Seorang Hacker)

Inilah dunia kami... dunia elektron dan switch, beauty of the baud. Kalian menyebut kami penjahat.. karena kami menggunakan layanan yang sudah ada tanpa membayar, padahal layanan itu seharusnya sangat murah jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus. Kami kalian sebut penjahat... karena kami gemar menjelajah. Kami kalian sebut penjahat... karena kami mengejar ilmu pengetahuan. Kami ada tanpa warna kulit, tanpa kebangsaan, tanpa bias agama... tapi bagi kalian kami penjahat. Kami adalah penjahat... sedangkan kalianlah yang membuat bom nuklir, mengobarkan peperangan, membunuh, berbuat curang, berbohong, dan berusaha membuat kami percaya bahwa itu semua demi kebaikan kami.

Ya, aku adalah penjahat. Kejahatanku adalah keingintahuanku. Kejahatanku adalah menilai orang berdasarkan perkataan dan pikiran mereka, dan bukan berdasarkan penampilan mereka. Kejahatanku adalah menjadi lebih pintar dari kalian, sebuah dosa yang tak akan bisa kalian ampuni.

Aku adalah hacker, dan inilah manifestoku. Kau bisa menghentikan satu, tapi kau tak bisa menghentikan semuanya... bagaimanapun juga, kami semua sama. (The Mentor, 1986)

*Source: Di Balik Kisah-kisah Hacker Legendaris (Hidayat dan Sopyan, 2007)

**Catatan tak berbentuk ini guna diikutsertakan pada 'Lomba Artikel CineUs Book Trailer bersama Smartfren dan Noura Books'



>>Supported By. <<

18 komentar:

  1. Bagus Mbak tulisannya. Sangat setuju dengan filosofi kebanggaan hacker. Pencapaian itu ada di titik di mana kita merasa puas dengan hasil karya kita, tanpa perlu adanya sanjungan dari orang lain.
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, Yaya.. Dan semoga semakin banyak anak2 bangsa ini yang terdorong untuk bangga berbangsa Indonesia, bukan bangga semata-mata karena sudah memberikan prestasi buat bangsanya (Ehh.. *rada nggak nyambung ya?? Hehe)^^

      Hapus
  2. Buat gw kebanggaan datang dari diri sendiri tepatnya datang dari hati, bukan dari orang lain maupun lingkungan sekitar kita. Itu makanya kebanggaan punya arti berbeda bagi setiap individu. Let's find your own proud

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju banget, yandhi. karena bangga itu beda jauh sama pamer.. *bagiku
      thanks ur comment^^

      Hapus
  3. Bangga gak bangga.. perjuangan tetap harus berlanjut khan? Namanya juga idup.. gak idup kalow gak berjuang, BAH BAHHH... semangat terus pokokna Sob..!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyapz... semangat trus, spirit never end. sekali ditolah, seribu semangat maju, gitu ya Bay..

      Hapus
  4. bangga versi sya ya harus dimulai dari bangga dengan diri sendiri dulu, baru bisa menciptakan kebanggan untuk orang lain. virus bangga itu nular akut loo!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tp kalau kebanyakan bangga ama diri ndiri jadinya sombong plus takabur lho.Virus yg satu ne lebih gampang bget nularnya... jadi bangga ya cukup bangga saja. Cukup dirasa sja *kurasa

      Hapus
    2. tapi orang kadang baru kerasa bangga kalau sudah dapat pujian kan? dapat semacam penghargaan juga, iya kan? hayo ngaku!!
      jadi tetap aja, bangga tidak jauh2 dari pujian. makanya harus diawali dari bangga ke diri sendiri dulu lah!!

      Hapus
    3. hmmm... itu konsep yg udah salah kaprah.. jadinya, orang mau melakukan apapun, mengerjakan kebaikan apapun, membuat prestasi apapun, niat awalnya cuma demi pujian.. jdi nggak ikhlas, ato jadi down karena ternyata ngerasa nggak dihargai krna nggak dipuji

      Hapus
  5. cukup disimpan & ga' perlu ditunjukan, so bangga itu seperti 'cinta yang terpendam' ya ? kalau aku bangga karna memang sesuatu itu pantas untuk dibanggakan. makanya harus selalu berupaya untuk menjadi ::pribadi yang membanggakan:: >>kata Om #Mario_Teguh

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup... setuju aja deh sama qmu..
      thanks commentnya^^

      Hapus
  6. Ini tulisan aneh bin unieque. Tadi niatnya mau cari artikel tentang hacker, kok malah ketemu kebanggaan versinya hacker. Eh, selama ini hacker bukannya dianggap "buruk" (dalam tanda kutip) ya.
    So, good notes!!..not too bad :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, aneh bin unik, ya?? hehe, makasih deh gelarnya. yah cuma mau nunjuin sisi baiknya seorang hacker aja.. krna setiap pribadi pasti ada plus+minusnya kan..

      Hapus
  7. mba ari, sudah taw belum info update pesertanya lomba ne, ada 111 contestan, wudih hebat ya. jadi selamat ber-dag-dig-dug-duerr =)
    klik link ini: http://myfairytalemytale.blogspot.com/2013/10/update-peserta-lomba-artikel-cineus.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah makasih rendita infonya.. iya sudah q check kok linknya
      doain aja ya, hehe..

      Hapus
  8. Terima kasih artikelnya, Mbak. Saya akhirnya tahu sebagian kehidupan hacker. Saya punya cara pandang baru terhadap mereka. Nice posting ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke.. terimakasih kembali. sukses terus buat evi.. suka banget sama #CineUs-nya *jempoool :))

      Hapus