source pict. : Kompas.com
Ara, apa kabar? Boleh aku bertanya,
kamu di mana saat ini? Jangan terkejut jika aku menanyakan keberadaanmu. Karena
aku sendiri pun heran, sejak kapan aku menjadi sok peduli seperti ini? Bahkan
saat kutulis surat ini, masih ada nada sumbang di belakangku serentak
berteriak, “Huuu…!”, “Munafik!”, dan umpatan kasar lainnya.
Ara, kamu
tahu kan minuman kopi? Minuman yang membuat kita sempat dekat. Spesies minuman
itu bisa enak kalau takaran kopi dan gulanya pas. Berapa sendok kopi dicampur
dengan entah berapa sendok gula. Ditambah-dikurangi saja, sesuai selera si
pembuatnya. Mau lebih pahit, atau lebih manis.
Kurang
lebih, sama seperti hubungan kita saat ini, Ra. Sama ibaratnya kopi, bisa
ditakar komposisi bubuk kopi dan gulanya, bisa dibuat suka-suka pahit-manisnya.
Jadi, kalau menurutmu hubungan kita sekarang ini lebih dominan kerasa pahit,
ijnkan aku menambahkan gula ke dalamnya. Ijinkan aku menciptakan momen manis di
antara kita. Dan, surat ini sebagai pembuktiannya.
Exelsa pernah berkata padaku, “Kamu
bisa apa, Rob? Orang memilih kita bukan karena nama kita mentereng atau tidak.
Tapi, seberapa jauh kamu bisa mempengaruhi perasaannya, menumbuhkan emosi yang
lebih dari sekedar suka. Ini masalah selera, Rob. Dalam hal ini, Arabika lah
pemenangnya.”
Karenanya, bersama surat ini sudah
kuputuskan jika… aku menyerah, Ra! Aku akui kehebatanmu. Sudah saatnya aku
berdamai dengan kenyataan. Keadaan yang nyata-nyata membuktikan jika sekeping
biji Robusta tak mampu mengalahkan kedigdayaan rasa Arabika. Keberadaanmu terlalu
kuat di hati para Baracik.
Jadi, jangan menjauh ya, Ara… Arabika.
Segeralah pulang! Ada aku, Exelsa, dan Liberika menanti kedatanganmu. Kami rindu.
Dari sahabat rasa saudara,
Robusta
Robusta
*[END]*
* Dedicated to: #Nuber2_OWOB.RegJatim
@Gerakan_1week1books
Wah ceritanya ini surat surat antar biji kopi.. wihh.. kereenn..
BalasHapusDi tunggu tulisannya selanjutnya kak..
andai kopi bisa ngobrol kakaa :D
HapusAku memang bukan penikmat kopi, apalagi yang warna hitam sebab rasanya pahit. Tapi percakapan antar varian kopi di atas membuatku tertarik untuk mencoba salah satu dari mereka.
BalasHapuskok bisa tetiba suka kopi.. aq aja yg nulis cerita ne sampai sekarang tetep gak suka kopi.. hahaaa
Hapusmakasih kakaa udah mampir.. udah komen