Sabtu, 21 Juni 2014

Review (Telat) Buku "Jika Aku Mereka"

Telat 'dalam tanda kurung'...? Emang beneran telat banget.
Gimana nggak, buku Jika Aku Mereka terbitan Gagas Media ini sudah dilaunching mulai awal tahun 2014 kemaren, tapi baru sekarang aku sok-sok penting buat nge-review-nya gini.
Sebenarnya sih nggak pengen nge-review juga kok. Nggak pengen ngomong banyak. Soalnya tadi sore nggak sengaja ketemu postingan dari Atfan Hidayat di blognya yang udah bikin review enak banget buat dibaca. Terima kasih ya, Sob. Walau ndak kenal juga sebenernya. Tapi, jujur... aku ngerasa seneng aja ada juga yang merasa 'ngefeel' dengan tulisan yang kubuat. Nggak peduli itu tulisan lebih feel ke neagtif atau positif, sih. Tapi, kebahagiaan seorang penulis itu sederhana aja. Seneng jika di belahan dunia sana ternyata ada seseorang yang mengapresiasi karyanya...bagaimanapun juga bentuk apresiasi itu.
Terima kasih... terima kasih... terima kasih.
Jadi, buat kalian yang pengen culik-culik dikit gimana bentuk review salah seorang pembaca dari buku Jika Aku Mereka, khususnya tentang kisah yang kutulis, bisa lah mampir-mampir ke blognya Atfan Hidayat tentang ::Kisah Mereka yang Dianggap Berbeda::
Sukides...!! ^^

http://www.wowkeren.com/foto/seleb/zivanna-letisha/zivanna-letisha-launching-buku-jika-aku-mereka-02.html



Trus... apa fungsinya juga bikin postingan ini? Suara sumbang kalian. Karena memang aku nggak berniat nge-posting review dari buku Jika Aku Mereka, seperti yang aku jelasin di awal, kan.
Tapi di postingan kali ini aku cuma pengen cerita dikit aja tentang dunia disabilitas.
Kalian tahu, apa sih dunia disabilitas yang dikupas habis di ke-duabelas cerita dalam buku Jika Aku Mereka? Mungkin, tidak semua orang akrab dengan sebutan 'disabilitas'... tapi orang awam justru lebih akrab dengan sebutan (maaf).... 'orang cacat'. Padahal kalau mau kita lihat ulang, mereka yang dianggap disabilitas bukanlah orang cacat. Mereka hanya memiliki keterbatasan, tapi mereka punya hak yang sama dengan kita. Hak untuk terus hidup, berkembang, dan bermasa depan gemilang kelak. Tentu saja masa depan di atas segala kerterbatasan yang dimiliki.
Tapi, bukan kah tetap tak ada yang mustahil di dunia ini... selama tetap ada kata 'berusaha' dalam tiap napas yang kita embuskan tiap harinya? Bagiku begitu. Semangat mengahargai disabilitas itu penting, Jauh lebih penting daripada menghargai jabatan pejabat-pejabat teras di pemerintah yang selalu sibuk menggemukkan badannya mereka sendiri. Mereka yang semata-mata selalu berupaya untuk kepentingan BANK-SAKU (baca: bangsaku).

Aku menulis begini bukan bermaksud menghakimi pihak manapun, atau siapapun. Hanya sekedar ingin mengingatkan... tentang kita dan tentang mereka yang ada di sekitar kita. Tentang kekurangan kita yang seringkali kita pinta agar orang lain dapat memahaminya, atau tentang kekurangan orang lain yang seharusnya bisa kita terima juga. Aku rasa, hanya ini kunci hidup berpasangan yang bisa beriringan dengan kedamaian. Dengan penerimaan akan keadaan di sekeliling kita yang sebesar-besarnya. Bukannya begitu, teman?

Jadi, berhentilah bergunjing. Terlebih lagi, gunjingan yang kerap kita sampaikan pada mereka yang kita anggap rendah, buruk, jelek, atau kurang. Sama halnya juga, pandangan-pandangan miring kita terhadap mereka... kaum disabilitas. Kalau kalian punya hati, coba bayangkan bagaimana perasaan mereka saat menerima pandangan-pandangan miring dari lingkungan sekitarnya. Apa mereka meminta untuk dianugerahkan sesuatu yang kalian anggap kurang? Tidak kan? Jadi, mulai detik ini, mulai saat ini.... berhentilah memandang orang-orang disabilitas sebagai orang 'cacat'. Karena mereka jauh lebih sempurna dibanding kita. Karena mereka memiliki kebesaran hati yang luar biasa untuk terus bertahan dan berupaya menjalani kehidupan dariNya sebaik mungkin... di tengah keterbatasan yang miliki.

**Teruntuk mereka... yang Tak Pernah Ada Beda**