Jumat, 22 November 2013

LDR Versus Kesetiaan


#LDR, semua orang pasti tahu kepanjangan dari tiga huruf ini. Secara... pernah dibahas juga 'kan, di salah satu adegan film-nya Raditya Dika "Kambing Jantan". Yupz, tidak lain.. tidak buka. LDR alias Long Distance Relationship.

You know what?
Tidak tahu. Entah siapa yang memulai melaunching singkatan ini. Tapi yang pasti, seseorang itu jeli banget. Tahu pasti bahwa terkadang kata cinta yang semula utuh bisa keropos tiba-tiba, kalau terkena hambatan sama yang namanya 'jarak'.

Sekarang gini, beberapa pasangan yang (katakanlah) tiap hari ketemu, kemana-mana bareng, terus bisa ditemuin di keseharian, tapi nyatanya... tetep masih ada juga yang kena godaan "sephia". Terus, gimana dengan mereka yang terpisahkan oleh jarak? Bukan hanya waktu, tapi tempat juga. Ruang yang berbeda. Jangankan untuk menatap, bertukar suara saja susah. Lalu, apa itu artinya jarak tidak bisa menumbuhkan kesetiaan..?? Bisa jadi.

Yah, sebagian orang pasti menjawab begitu... menjawab dengan kata-kata: bisa jadi, depend on, tergantung (*mati dong??), liat sikon lah, atau nanti dulu. Karena, nyatanya tidak semua LDR berujung pada ketidaksetiaan hingga putus di tengah jalan. Tidak semua LDR memberikan ending yang "so saaaad" :'( . Tidak semua pelaku LDR harus rela mengubur hatinya, cita-cita dengan cintanya, yang kemudian mengalah pada ribuan kilometer jarak yang membatasi gerak-gerik mereka. Karena, aku sudah melihatnya. LDR yang sukses menapaki ranjau di tiap kilometer hambatan langkah mereka... sama-sama memperjuangkan beratnya jarak yang harus dijaga ada. Dan, membiarkan kata-kata manis perjumpaan yang hanya terangkum dalam angan semata. Tapi... kesetiaan mereka pula 'kan yang menjadi juaranya.

Aku yakin, cinta itu sederhana. Tinggal bagaimana kita memaknainya saja. Ribuan kilometer yang menjadi penghalang, jika kita memaknainya dengan segaris senyuman... pasti tak ada keraguan yang menghimbit. Tidak ada apa itu cemburu, tidak ada rasa kehilangan, kosong karena merasa kurang perhatian, sepi karena merasa berjuang sendiri, sedih karena memendam kesedihan sendiri, hingga galau karena menyimpan rindu yang belum juga terpecahkan. Cinta itu sederhana, saat kita bisa membagi kapan saat terpantas untuk adanya cinta dan kapan saat dimana cinta harus dinomorduakan. Karena, cinta itu tak pernah egois. Dia fleksibel... selalu bisa mengikuti kemana arus perjalanan hati yang dituju. Tanpa harus ada perasaan saling terbebani.
(*Uaaaahh.... cinta mlulu, kaya' orang yang sudah pakar urusan satu ne aja!!!)

Aku pernah bertemu dengan berbagai macam hati yang pernah terlibat dalam skandal LDR ne. Dan, memang... ada setangkup hati yang berhasil, tapi ada juga setangkup hati lain yang gagal total. Bagiku, mereka yang berhasil karena mereka telah meyakini bahwa mereka merasa perlu untuk menggadaikan kepercayaan dalam ribuan jarak yang memisahkannya. Tanpa ada kecurigaan dan kekhawatiran apapun. Yah, hanya kepercayaan saja kuncinya. Like Sinichi Kudo and Ran Mori's Story.
Dan, mereka yang tidak berhasil... tentu saja karena mereka tergolong makhluk-makhluk yang tak pernah mau belajar ikhlas. Belajar menerika nikmatnya kesendirian, nikmatnya rasa rindu yang terus tersimpan hingga bertumpuk atau bergunung-gunung tingginya, Dimana, saatnya tiba... saat pertemuan itu datang, mereka akan mampu meletuskan rasa rindu hingga kepuasan yang terciptanya. Karena, bisa merindukan seseorang itu adalah anugrah yang seharusnya bisa menjadi cambuk dalam diri kita untuk semakin memperbaiki diri. Hingga saat perjumpaan kembali itu tiba, kita telah menjelma menjadi sosok pemenang, yang selalu berusaha menjadi baikn setiap harinya, demi menyambut kedatangannya.
Bukan begitu, Sobat?

Yah, karena ku dulu pernah menanti. Terkadang sakit, tapi tetap tak boleh mati. Langkah kita masih panjang, tidak seharusnya masalah cinta dan jarak menjadi masalah terberat untuk memupuk masa depan gemilang. Cukup berpasrah ria, itu saja kuncinya. Karena dengan sendirinya, Allahh-lah yang nantinya akan menuntun langkah ini... menuju ke suatu keadaan, sesuai pinta kita, sesuai kemampuan kita, dan sesuai kadar kepantasan kita untuk menerimanya.

Jadi, jika kalian ingin sesuatu yang baik, maka ciptakan kadar kepantasan yang baik pula. Sehingga, jarak maupun permasalahan lainnya tak akan menjadi soal terparah bagi kita untuk tetap melangkah. Bersama hati, dan rasa cinta yang tetap pantas diperjuangkan.
Karena (sekali lagi)... mimpi setiap orang itu tetap pantas berdiri!!

Dan, semoga... kalian-kalian yang hingga detik ini masih berjuang dengan #jarak, adonan keikhlasan senantiasa ada untuk mengobati segala keraguan kalian. Aamiin (^.^)

  


1 komentar: