Minggu, 11 September 2016

One Memory: Me and RA - Chapter 2

Dulu sekali....aku pernah merasa teramat dekat dengan seonggok kisah sosok pesakitan.

Tentang Bayu, tentang sosok yang berjuang melawan keterbatasan akibat sakitnya. Dia sakit. Sakit langka yang mengubah dunianya seketika, dari Hero ke Zero. Jenis sakit apa yang dideritanya, aku sendiri tak tahu pasti. Entahlah!
Tapi yang pasti, aku menyukai garis kisahnya yang mampu menghangatkan bara semangatku....dulu. Dan kini, terulang lagi.

Hey, Bayu....masihkah kamu bertahan??

Lihat! Bagaimana takdir terbahak, menertawakan kita yang terbirit-birit di tengah pusaran roda hidup ini. Kita, mereka, atau siapa pun itu dipaksa untuk mencicipi berbagai rupa wajah kenyataan. Tentang sehat, tentang hidup, tentang sakit, dan sekaligus tentang kematian. Mungkin, seperti inilah perasaanmu saat menikmati lelucon terlucu dari kehidupan. Karena kau tahu, pemberontakan sebesar apapun tak akan berguna. Tidak mampu merubah apa-apa.

Dengar, Bayu! Memoriku masih merekam kuat kata-katamu. Tentang obat penawar yang selalu kau telan paksa tiap hari. Hanya penerimaan. Dan...."Jalani segalanya dengan ikhlas, maka segalanya akan terasa mudah".
Jujur, aku ingin tertular oleh konsep keikhlasan itu. Atau, jika memang terlalu sulit...setidaknya ijinkan kelenjar air mata ini mengering setiap hari, menguatkanku tiap detiknya. Demi menunjukkan bahwa aku bisa menjadi pengikut semangatmu.

Demi melawan RA yang masih berdiri pongah di hadapanku..!!

Hari ini aku akan mengukir sebanyak mungkin akan sosok RA yang menjadi musuhku. Atau...sahabatku?? Anggap saja deretan tulisan ini sebagai pengingat akan jasa-jasanya (???) Sekaligus membantu kalian (mungkin) agar lebih waspada atas kemungkinan kedatangannya.

Tentang RA, Rheumatoid Arthritis....yang tak kasat mata.



RHEUMATOID ARTHRITIS

Pengertian Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian contohnya di kaki dan tangan.
Arthritis berarti radang sendi dan bisa berdampak pada jaringan di sekitar persendian, seperti pada otot, ligamen, dan tendon. Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan jaringan persendian. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan.
Walau bagian tubuh yang paling sering terkena dampak rheumatoid arthritis adalah pada bagian kaki dan tangan, penyakit ini juga bisa menjangkiti bagian tubuh lainnya, seperti mata, paru-paru, pembuluh darah, dan kulit.
Rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh Anda sendiri. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita, terutama di atas 40 tahun.

Gejala Rheumatoid Arthritis

Gejala rheumatoid arthritis pada masing-masing orang berbeda dan bisa berubah seiring waktu, namun gejala yang sering timbul pada persendian adalah rasa kaku, kemerahan, bengkak, terasa hangat, dan nyeri.
Rheumatoid arthritis harus segera ditangani karena jika penyakit bertambah parah, gejala bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan persendian bergeser dan bahkan berubah bentuk.

Penyebab Rheumatoid Arthritis

Penyebab rheumatoid arthritis adalah sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan infeksi, tetapi justru menyerang sel normal pada persendian dan membuat sendi terasa nyeri, bengkak, dan kaku.
Walau alasan kenapa sistem kekebalan tubuh keliru menyerang tubuh dalam rheumatoid arthritis masih belum diketahui, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko, seperti faktor usia, hormon, genetika, dan kebiasaan merokok.

Diagnosis Rheumatoid Arthritis

Gejala rheumatoid arthritis sama dengan beberapa penyakit lainnya, itu sebabnya sulit untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis pada tahap awal.
Ada beberapa tes yang bisa membantu diagnosis rheumatoid arthritis, yaitu pemeriksaan fisik, tes darah, dan pemindaian X-ray.

Perawatan Rheumatoid Arthritis

Penderita rheumatoid arthritis hanya bisa melakukan perawatan karena hingga saat ini masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan rheumatoid arthritis secara total, namun dengan perawatan yang tepat, penyebaran dan peradangan dapat dihambat.
Perawatan rheumatoid arthritis yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan terapi serta pengobatan jangka panjang untuk menghambat perkembangan dan gejala rheumatoid arthritis. Jika perawatan dengan terapi dan pengobatan sudah tidak efektif, maka operasi untuk memperbaiki masalah persendian dapat dilakukan.

Komplikasi Rheumatoid Arthritis

Ada beberapa kemungkinan komplikasi rheumatoid arthritis yang dapat terjadi jika tidak ditangani dengan baik, seperti peradangan pada mata, jantung, dan paru-paru, serta terjadinya sindrom lorong karpal. Rheumatoid arthritis meningkatkan risiko terkena stroke dan serangan jantung.
Gejala rheumatoid arthritis pada masing-masing orang berbeda dan bisa berubah seiring waktu. Biasanya gejala rheumatoid arthritis tidak langsung muncul semua, tapi berkembang perlahan-lahan selama beberapa pekan. Walau jarang terjadi, sebagian penderita rheumatoid arthritis juga bisa mengalami perkembangan gejala dengan cepat, bahkan hanya dalam hitungan hari. Gejala rheumatoid arthritis juga bisa muncul dan menghilang selama beberapa saat.
Rheumatoid arthritis biasanya menyerang persendian kecil di tangan dan kaki terlebih dulu. Beberapa gejala yang sering timbul pada persendian akibat rheumatoid arthritis, di antaranya:
  • Kaku. Persendian akan terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Gejala ini terutama dirasakan pada pagi hari atau setelah beristirahat. Gejala kaku pada persendian ini sering dikaitkan dengan osteoartritis. Namun biasanya pada osteoartritis, gejala akan menghilang setengah jam setelah bangun tidur, sedangkan pada rheumatoid arthritis akan bertahan lebih lama.
  • Kemerahan, bengkak, dan terasa hangat. Persendian akan berwarna kemerahan, bengkak, dan terasa hangat saat disentuh.
  • Nyeri. Persendian akan terasa nyeri dan berdenyut. Sama halnya dengan rasa kaku pada persendian, biasanya rasa nyeri lebih parah pada pagi hari atau setelah beristirahat.
Selain gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, beberapa penderita rheumatoid arthritis juga bisa mengalami demam, berat badan menurun, lelah dan kurang berenergi, berkeringat, serta berkurangnya nafsu makan.
Rheumatoid arthritis harus segera ditangani karena jika penyakit bertambah parah, gejala bisa menyebar ke sendi-sendi lain termasuk lutut, pergelangan tangan, bahu, pergelangan kaki, pinggul, dan siku. Dan jika dibiarkan terlalu lama, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan persendian bergeser dan berubah bentuk.
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru menyerang diri sendiri dan masih belum diketahui pemicunya.
Sistem kekebalan tubuh yang normal seharusnya membuat antibodi yang gunanya untuk menyerang virus dan bakteri. Tapi sistem kekebalan tubuh pada penderita rheumatoid arthritis justru mengirim antibodi ke lapisan persendian untuk menyerang jaringan di sekeliling sendi dan menyebabkan radang serta rasa sakit. Pada jaringan sendi, rheumatoid arthritis menyebabkan kerusakan di sekitar tendon, ligamen, dan tulang.

Faktor risiko

Walau pemicu terjadinya rheumatoid arthritis masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis, antara lain:
  • Usia. Kebanyakan penderita rheumatoid arthritis berusia 40 tahun ke atas, tapi bisa juga menjangkiti orang pada usia berapa pun.
  • Jenis kelaminPria lebih jarang terkena penyakit ini dibandingkan wanita.
  • Genetika. Walau kecil, mempunyai anggota keluarga yang menderita rheumatoid arthritis meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini juga.
  • Merokok. Merokok dapat memicu berbagai macam penyakit dan kebiasaan buruk ini bisa meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis.
Gejala rheumatoid arthritis mirip dengan beberapa penyakit lainnya, itu sebabnya sulit untuk mendiagnosis rheumatoid arthritis pada tahap awal.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes medis, seperti tes darah dan pemindaian untuk membantu mendiagnosis rheumatoid arthritis.

Tes Darah

Sejumlah tes darah bisa menunjukkan indikasi rheumatoid arthritis, tapi tidak bisa mengonfirmasi secara pasti. Berikut ini adalah beberapa tes darah yang bisa dilakukan.
  • C-reactive protein (CRP). CRP adalah sejenis protein yang dihasilkan oleh organ hati ketika sedang terjadi peradangan.
  • Laju endap darah (LED). Tes ini juga dilakukan untuk mendeteksi adanya peradangan. Sampel darah akan diletakkan di dalam sebuah tabung. Ketika sedang terjadi peradangan, maka sel darah merah dalam sampel darah yang diambil akan jatuh ke dasar tabung lebih cepat dari biasanya.
  • Faktor rheumatoid dan antibodi anti-CCP (anti-cyclic citrullinated peptide)Ada sebagian penderita rheumatoid arthritis terbukti positif ketika faktor rheumatoidnya dan/atau antibodi anti-CCPnya diperiksa. Mereka yang terbukti positif untuk kedua unsur ini berisiko menderita kasus yang lebih parah.
  • Tes darah menyeluruh. Tes ini akan mengukur jumlah sel darah merah yang terkait dengan anemia. Para penderita rheumatoid arthritis biasanya mengalami anemia, tapi hal ini tidak berlaku sebaliknya.

Pemindaian

Sejumlah tes pemindaian seperti ultrasound, pemindaian resonansi magnetik (MRI), maupun X-Ray, dapat dilakukan untuk memeriksa kerusakan dan peradangan pada persendian. Tes-tes ini juga dapat digunakan untuk mengawasi perkembangan kondisi dan membantu menentukan tipe arthritis.

Penderita rheumatoid arthritis hanya bisa melakukan perawatan karena hingga saat ini masih belum ada obat yang dapat menyembuhkan rheumatoid arthritis sepenuhnya.
Perawatan bisa membantu mengurangi gejala peradangan di persendian, mencegah atau memperlambat kerusakan persendian, mengurangi tingkat disabilitas, dan membuat penderita rheumatoid arthritis bisa tetap hidup aktif. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah mengonsumsi obat, perawatan pendukung dan operasi, serta mengubah gaya hidup.
Ada beberapa cara perawatan dan pengobatan yang bisa dilakukan untuk menekan perkembangan penyakit ini. Pada awalnya, dokter akan meresepkan obat dengan efek samping paling sedikit setelah itu, jika tidak efektif, obat dengan efek samping lebih berat akan ditambahkan. Dokter akan menyesuaikan dosis dengan kondisi pasien.

Obat pereda sakit

Obat pereda sakit seperti parasetamol atau kodein digunakan untuk meredakan rasa sakit. Selain itu, obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) juga bisa digunakan. Obat pereda sakit tidak dapat mencegah  perkembangan rheumatoid arthritis, tapi dapat membantu meredakan rasa sakit dan peradangan di persendian. Obat OAINS yang biasa digunakan adalah naproxenibuprofendiclofenac.

Steroid

Steroid adalah singkatan dari corticosteroid dan merupakan obat sintetis yang menyerupai sebuah hormon yang dihasilkan tubuh secara alami, yaitu kortisol.
Obat ini bisa berbentuk tablet, salep, atau cairan suntik yang bisa disuntikkan langsung ke otot atau persendian yang sakit.
Steroid digunakan untuk meredakan nyeri jangka pendek karena jika digunakan secara jangka panjang bisa menimbulkan efek samping yang serius. Efek samping tersebut bisa berupa mudah memar, kulit menjadi lebih tipis, osteoporosis, lemah otot, dan bertambahnya berat badan. Obat ini perlu dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.

Perawatan terapi biologis

Perawatan biologis merupakan bentuk perawatan rheumatoid arthritis yang paling baru dan berguna untuk menghentikan sistem kekebalan tubuh menyerang persendian.
Perawatan biologis dilakukan dengan cara menyuntikkan protein yang berasal dari genetika manusia. Bagian dari sistem kekebalan tubuh yang memicu peradangan dan menyebabkan kerusakan jaringan serta persendian dijadikan target oleh obat-obatan biologis. Perawatan biologis telah terbukti mampu memperlambat perkembangan rheumatoid arthritis.
Sama seperti pengobatan lainnya, perawatan biologis juga memiliki efek samping, tapi biasanya hanya efek samping ringan. Efek samping yang bisa terjadi adalah demam, mual, infeksi, sakit kepala, serta reaksi kulit pada titik penyuntikan. Beberapa penderita rheumatoid arthritis yang pernah mengidap tuberkulosis akan memiliki risiko terinfeksi kembali.
Obat biologis biasanya dikombinasikan dengan obat anti-rematik modifikasi-penyakit (disease-modifying antirheumatic drugs/DMARDs) jika penggunaan obat biologis saja tidak efektif.
Contoh obat-obat biologis adalah abatacept, etanercept, infliximab, rituximab, dan anakinra.

Obat anti-rematik modifikasi-penyakit (DMARDs)

DMARDs (diseas-modifying anti-rheumatic drugs) adalah perawatan tahap awal yang diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid arthritis, serta mencegah kerusakan permanen pada persendian dan jaringan lainnya.
Kerusakan pada ligamen, tulang, dan tendon akibat efek sistem kekebalan tubuh saat menyerang persendian dapat dihambat oleh DMARDs.
Beberapa DMARDs yang bisa digunakan adalah hydroxychloroquine, methotrexate, sulfasalazine, dan leflunomide.
Obat pertama yang diberikan untuk rheumatoid arthritis umumnya adalah methotrexate, tapi obat ini juga memiliki efek samping yang umum terjadi, seperti sakit kepala, diare, rambut rontok, mual, mulut terasa sakit, dan hilang nafsu makan. Tes darah harus dilakukan secara rutin untuk mengawasi efek pada hati dan jumlah darah selama mengonsumsi obat ini.

Terapi

Penderita rheumatoid arthritis dapat melakukan terapi untuk membuat persendian lebih fleksibel, serta membantu meningkatkan kekuatan otot dan kebugaran tubuh. Beberapa terapi yang bisa dilakukan adalah terapi okupasi, podiatry, dan fisioterapi.

Operasi

Penderita rheumatoid arthritis mungkin harus menjalani operasi jika pengobatan yang telah dilakukan masih belum berhasil untuk mencegah atau memperlambat kerusakan pada persendian.
Operasi dilakukan untuk memperbaiki kelainan bentuk, kerusakan persendian, membantu mengembalikan kemampuan untuk menggunakan persendian, dan meredakan rasa sakit. Berikut ini adalah prosedur operasi rheumatoid arthritis yang dapat dilakukan.
  • Perbaikan tendon. Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki tendon yang putus atau kendur di sekitar persendian yang mengalami kerusakan sendi atau peradangan.
  • Penggantian sendi total. Prosedur ini dilakukan untuk mengganti bagian sendi yang rusak dengan prostesis yang terbuat dari plastik atau logam.
  • Operasi penggabungan sendi. Prosedur ini dilakukan untuk meredakan nyeri, dan menyetel kembali atau menstabilkan sendi jika penggantian sendi total tidak bisa dilakukan.
Penderita rheumatoid arthritis juga disarankan untuk menjalani diet yang sehat serta berolahraga secara teratur untuk memperkuat otot yang mendukung persendian, membantu pergerakan sendi, dan meredakan stres. Bagi orang yang mengalami kelebihan berat badan, olahraga juga bisa membantu menurunkan berat badan dan meringankan tekanan pada tulang dan sendi.
Sendi akan terasa lebih kaku dan otot menjadi lebih lemah jika tidak digerakkan, tapi aktivitas yang dilakukan harus seimbang dan tepat. Hindari olahraga yang membutuhkan kontak fisik secara langsung dan disarankan untuk melakukan olahraga yang tidak terlalu menekan persendian, seperti berjalan, berenang, dan bersepeda.
Beberapa kondisi yang mungkin dapat diderita oleh penderita rheumatoid arthritis adalah sebagai berikut:
  • Peradangan menyebar luas. Peradangan dapat menjangkiti jaringan tubuh lain, seperti hati, pembuluh darah, paru-paru, dan mata. Kondisi ini jarang terjadi berkat perawatan dini.
  • Cervical myelopathySaraf tulang belakang tertekan akibat dislokasi persendian tulang belakang bagian atas. Walau jarang terjadi, jika tidak segera dioperasi, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan saraf tulang belakang permanen dan akan berdampak kepada aktivitas sehari-hari.
  • Sindrom lorong karpalKondisi ini terjadi karena saraf median, yaitu saraf yang mengendalikan gerakan dan sensasi di pergelangan tangan tertekan dan menimbulkan gejala kesemutan, nyeri, dan mati rasa. Kondisi ini bisa diringankan dengan suntikan steroid atau menggunakan bebat untuk pergelangan tangan. Namun, umumnya operasi diperlukan untuk melepaskan tekanan pada saraf median.
  • Penyakit kardiovaskular. Penyakit seperti stroke dan serangan jantung bisa terjadi akibat dampak rheumatoid arthritis yang memengaruhi pembuluh darah atau jantung. Risiko terkena penyakit ini bisa dikurangi dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur dan berhenti merokok.
  • Kerusakan sendi. Kerusakan sendi akibat radang bisa menjadi permanen jika tidak ditangani dengan baik. Ada beberapa masalah yang dapat memengaruhi persendian, seperti kelainan bentuk persendian, kerusakan pada tulang dan tulang rawan, serta tendon di area sekitar terjadinya peradangan.


Rabu, 31 Agustus 2016

One Memory: Me and RA - Chapter 1

Bagaimana rasanya kesakitan kita berasal dari suatu kesenangan yang teramat sayang dibuang? Entahlah. Kalian tidak akan pernah benar-benar tahu jawabannya jika kalian tidak merasakannya langsung.

Dulu…aku suka membaca atau mendengar kisah tentang perjuangan hamba-hamba pesakitan yang kemudian berusaha bertahan di atas segala keterbatasan karena anugerah ‘sakit’ yang dideritanya. Seperti kisah One Liter of Tears, The Fault in Our Stars, A Walk to Remember, Surat Kecil untuk Tuhan, dan Waktu Aku sama Mika…. Kisah yang berhasil mencuci otak dengan segudang decak kagum akan kehebatan dan ketegaran sosok mereka--yang zero to hero. Tapi itu dulu. Masa lampau, suatu masa dimana segalanya terasa berbeda…antara aku dan tokoh-tokoh cerita itu. Saat sehat masih berdiri dengan congkaknya.

Seperti salah satu adegan A Walk to Remember di bawah ini...


Tulisan ini kubuat bukan untuk meminta sumbangan belas kasihan kalian. Bukan menunjukkan betapa aku termehek-mehek dengan kondisi yang kualami saat ini. Sama sekali TIDAK.

Aku hanya berbagi. Bersuara dari lubang terdalam di jiwaku. Berharap ada secuil kelegaan setelahnya.

Semuanya berawal dari sebulan yang lalu, saat aku mendengar pertama kali istilah asing yang kini justru teramat dekat di diriku. Rheumatoid Arthritis (RA), penyakit yang sebulan lalu didiagnosis sudah nyaman berada dalam tubuhku. Kalian mengenalnya? Atau justru ini kali pertama mendengar namanya?

RA datang bukan disebabkan oleh bakteri, pathogen, atau virus apapun. RA datang disebabkan dari dalam tubuh penderitanya sendiri. Sakit yang lebih disebabkan karena autoimun, sistem kekebalan tubuh yang terlalu ‘bodoh’ menyelesaikan tugasnya. Kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh justru berbalik arah menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Dan, untuk kasus RA ini sistem kekebalan tubuh sangat suka sekali menyerang sel-sel sehat yang ada di daerah persendian, mulai dari leher, tangan, pinggang, hingga ujung kaki. RA semacam penyakit rematik yang mengakibatkan peradangan sendi-sendi secara simetris.

Aku tidak tahu, adakah pasien dengan kasus RA yang berujung pada kematian. Tapi yang aku tahu, tidak sedikit pasien RA mengalami kerusakan pada fungsi tulang-tulangnya--bahkan yang terparah bisa menyebabkan kelumpuhan. Bisa kalian cek sendiri bagaimana kesuksesan RA dalam membengkokkan tulang tangan dan kaki para penderitanya secara perlahan-lahan, sekalipun si penderita sudah melakukan pengobatan secara terus-menerus. Mengkonsumsi obat tanpa henti.

Sebuah kekhawatiran yang (jujur) aku mulai takut membayangkannya.

Sejak awal tahun 2016 aku sering mengalami sakit yang aneh dan berubah-ubah. Mulai dari demam, lalu alergi kulit. Gatal-gatal di sekujur tubuhku yang kemudian hilang dengan sendirinya. Cepat lelah, tapi susah tidur. Hingga klimaksnya di bulan Februari, aku mulai merasakan nyeri pada jari-jari dan pergelangan tanganku. Awalnya hanya tangan kanan saja yang terasa nyeri, tapi lambat laun tangan kiri pun mulai merasakan sakit yang sama. Bahkan jari-jariku sering membengkak. Untuk mengetik pada laptop atau sekedar menulis manual saja terasa sakitnya.

Semula kukira hanya pegal-pegal biasa, terlalu banyak mengetik, atau kelelahan karena tugas-tugas kantor saja. Karena itu aku mengandalkan jasa tukang pijat. Berbagai ‘title’ tukang pijat pun sudah kucicipi, mulai dari pijat biasa, pijat tulang, hingga pijat syaraf. Rata semuanya kucoba. Tapi tak ada yang berhasil meredakan rasa nyeri ini. Menu selanjutnya, mencicipi jasa dokter syaraf. Ada dokter yang mendiagnosis aku terkena virus--yang hingga sekarang aku belum mendapat penjelasan virus apa, ada yang mendiagnosis karena gigitan nyamuk cikungunya, bahkan ada dokter syaraf yang tidak berhasil mendiagnosis sakitku.

Sebenarnya ada obat racikan dari salah satu dokter syaraf--yang mendiagnosis aku terkena virus--berhasil memberikan efek positif. Demam dan gatal-gatal berkurang, nyeri sendi pun berkurang. Tapi efeknya tidak berlangsung lama, jika obat-obatan itu habis maka sakitku pun kambuh lagi. Cukup lama aku bergantung pada obat-obat racikannya, namun setiap kali berkonsultasi aku tidak mendapatkan jawaban secara pasti akan kondisi sakitku selain karena virus yang disebutkannya.

Jenuh. Bosan. Lelah dengan kondisi yang sama. Apalagi nyeri yang kurasa semula hanya pada tangan, mulai memarah. Lutut hingga pergelangan kaki juga mulai terasa nyeri yang sama. Terasa seperti membawa berton-ton beban tiap turun-naik tangga, atau sekedar untuk berjalan biasa. Mungkin, perhatian dan pengertian dari Sang Suami lah yang membuatku terpaksa kuat menerima rasa sakit ini. Sosok yang selalu siap mengapus kering air mataku. Sosok yang tak pernah bosan mendengar keluhanku. Sosok yang selalu dan selalu mengulangi mantra “sabar” di akhir setiap pengakuanku. Rasa sakit yang harus kunikmati setiap hari, berbulan-bulan… tanpa kutahu secara pasti sakit apa sebenarnya ini.
Iya, cukup lama. Hingga di bulan Agustus 2016 kondisi kesehatanku benar-benar memburuk. Kesibukan meraja-rela, jam lembur meliar, minim tidur, mengejar deadline tugas yang hampir keteteran. Stres dan lelah luar biasa.

Gimana nggak…semingguan aku selalu pulang malam, terkena dinginnya angin malam. Sekitar jam 11.00 pm baru nyampe rumah dan masih ada lagi lemburan tugas kantor yang harus diselesaikan. Besok paginya harus kembali lagi ke rutinitas harian di kantor. Akibatnya, kondisiku benar-benar drop, capek pikiran – capek badan… semua menumpuk jadi satu. Untuk sekedar berdiri pun sulit, bahkan pandanganku sempat mengabur dan gelap seketika. Tangan dan kaki terasa kaku. Ngilu. Harus berobat kemanapun aku bingung. Sangsi, akankah ada dokter yang mampu menjelaskan secara pasti kondisi sakit yang kuderita? Siapa? Kemana harus bertanya? Jujur, aku putus asa akan kondisiku. Dan di tengah keputusasaan itu, jawabanNya bersuara.

Atas rekomendasi keluarga aku berobat pada dokter spesialis syaraf,  dr. WINANGKU, Sp.S. Kebetulan lokasi praktek beliau hanya di wilayah Madiun. Pulang kampung dengan segepok keyakinan kalau aku segera sembuh. Karena kebetulan ibuku juga pernah mengalami gejala sakit yang sama denganku, nyeri di tangannya. Tapi setelah berobat dan mendapat suntikan dari dr. Winangku, sakit-sakit nyeri ibu hilang. Kejang otot namanya. Aku jadi bertanya-tanya… ‘Kenapa dokter syaraf yang kutemui tidak memberikan tindakan suntik yang sama?’

Sayang, keyakinanku menguap. Harapan untuk segera sembuh hanya mimpi pengantar tidur.

Diagnosis untukku berbeda, bukan kejang otot. Tapi RA yang tak bisa disembuhkan dengan sebatang jarum suntik saja. Ada beberapa obat yang harus kukonsumsi untuk meredakan serangan RA. Aku pun disarankan untuk segera berobat ke dokter ahli rheumatology yang kemungkinan besar hanya ada di kota-kota besar, seperti Solo dan Surabaya. Dr. Winangku bahkan menawarkan jika aku butuh dirujuk ke salah satu dokter ahli rheumatology di Solo, beliau bersedia memberikan rujukannya. Namun saat itu, aku menolak. Mungkin… karena masih (sedikit) shock, aku hanya merasa bersyukur begitu saja. Setidaknya aku sudah mendapatkan obat dan jawaban pasti atas kondisi yang kuderita selama berbulan-bulan.

Sebenarnya aku beruntung, dapat segera terdiagnosis sebagai pasien RA. Dibanding kasus-kasus di luar sana, beberapa penderita RA yang baru mengetahui sakitnya setelah kondisinya semakin parah. Setidaknya, masih ada harapan untuk sembuh… sekalipun harus mengkonsumsi obat seumur hidupku.

Tidak apa-apa. Benar tak apa-apa. (sambil menghela napas--berat)

Mungkin… hanya beralinea-alinea kisah ini dulu yang bisa kuceritakan pada kalian. Setidaknya ‘senut-senut’ nyeri yang tetap terasa setiap kali aku menekan tuts-tuts keyboard laptop ini dapat sedikit teralihkan. Semoga saat kisah baru kusampaikan ke hadapan kalian lagi, kondisiku sudah jauh membaik.


Semoga…