Senin, 11 November 2013

Jodoh (Ku), Over There??



Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya


Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu...

Jodoh pasti bertemu..


By. Afgan SyahReza^^


"Jodoh itu rahasia Tuhan"

Rasanya kata-kata ini sudah berulang kali kudengar, hingga bosan menggelitik telinga. Tapi, sekalipun berulang kali terdengar, tetap saja aku tak pernah bisa menjawab.. rahasia Tuhan itu kapankah datangnya?

Memang, banyak kaum Adam yang datang. Sampai aku sendiri merasa tak nyaman dengan kedatangan mereka. Karena, dari sekian banyak yang datang... aku belum mampu mendefiniskan kata "cinta" itu seperti apa?
Apa tanda-tanda orang yang berjodoh denganku karena dia memiliki cinta?
Atau, orang itu pantas untuk dicinta?

Kata salah satu temanku, cinta itu absurd. Tidak berbentuk, tidak bisa dirasa, dan mudah mengabur. Cinta yang kumaksud di sini tentu saja cinta terhadap lawan jenis. Cinta yang seperti 'itu' lah.. kurasa kalian paham maksudnya. Lalu, kalau cinta yang seperti ‘itu’ tiba-tiba datang menyerang terhadap sosok lain... apa itu berarti jika sosok pria atau wanita yang berbeda dari kita adalah jodoh kita? Tidak bisa dipastikan juga sih. Jadi, terserah kalian bagaimana mendefinisikan konsep antara cinta dan jodoh itu. Tapi yang pasti, aku hanya mempercayai satu hal.

Aku percaya, kalau Kaum Hawa itu terbuat dari tulang rusuk Kaum Adam. Dan, aku percaya kalau tulang rusuk itu tak pernah tertukar.

Tapi, tinggal bagaimana kita meyakininya saja. Seperti aku. Tentu saja, aku berharap kelak bisa segera menemukan seseorang yang lebih pantas disebut sebagai pemilik tulang rusukku. Sebuah raga dimana jiwaku dulu sempat hinggap dalam bagian kehidupannya.

Jadi, wajarlah jika jodoh itu bagian dari misteri Allah yang harus terus dicari tahu. Dimana letak perwujudannya kelak, dengan cara apa, dan hasil akhir seperti apa yang dapat ternikmati akhirnya. Aku tak tahu, hanya bisa meraba-raba dan mereka-reka semata. Hingga detik ini.

Mungkin, pemilik tulang rusukku itu kamu. Atau, mungkin akulah pemilik tulang rusukmu yang hilang. Hmm.. entahlah. Mungkin, hanya waktu yang pantas menyuarakannya. Bukan permintaan kita. Karena, tentu saja ketentuan Allah, sunatullah, yang lebih pantas berdiri tegak di atas segala usaha dan daya yang telah kita lakukan.

Bagiku, jodoh itu bilangan di kehidupan yang sangat tahu diri. Seorang ‘jodoh’ tahu kapan saat terpantas dia akan datang. Saat dimana kita benar-benar membutuhkannya. Demi apa? Tentu saja demi langkah hati yang lebih tertata kemana akan di arahkan.

Jodoh tak akan datang saat kita belum siap untuk menerimanya.
Jodoh tak akan menyapa saat kita tidak yakin akan keberadaannya.
Jodoh tak akan hadir saat kita hanya sekedar ingin menguji coba sebuah hubungan semata.
Jodoh tak akan mampir saat kita belum benar-benar membutuhkan kehadirannya.
Dia selalu datang tepat waktu.
Hanya saja, tak semua orang bisa belajar sabar untuk menantinya. Dan terus menantinya, Sampai kesiapan, keyakinan, keseriusan, dan kebutuhan itu benar mengudara adanya.

Jadi, siapa pun Anda... jika Anda benar-benar merasa siap, yakin, serius, dan benar-benar butuh akan kehadiran ‘jodoh’ yang masih menjadi misteri bagi Anda hingga detik ini, ucapkan segala keseriusan itu dalam doa-doa panjang yang terlantun saat semua mata telah tertutup. Yakinkan Allah, bahwa saat ini Anda telah pantas untuk menerima kedatangan sosok istimewa itu. Jodoh yang senyata-nyatanya bagi Anda. Jodoh yang tidak akan pernah tertukar adanya.

Aku yakin, jika semua orang mau belajar berfikir, bertafakur akan kebutuhannya dan keseriusannya dalam mewujudkan hal yang dibutuhkan itu... pastinya tak perlu lagi ada resah, umpatan, maupun keluhan yang sebenarnya tak penting. Sebenarnya, aku sendiri masih sering menguapkan aroma keluhan ke udara bebas, sama saja seperti kalian. Tapi, aku selalu berusaha supaya keluhan yang telah terucap itu tak berlaku lama. Hanya sepersekian detik saja mereka pantas ada. Selebihnya, semangat baru yang harus tercipta. Bukankah, berpura-pura untuk tetap merasa baik-baik saja itu lebih jauh tampak terhormat munafiknya. Hahaha... Munafik terhormat??

Yah, maksudku... saat kita tengah mengidap sakit separah apapun itu, jika kita menganggapnya bukan suatu sakit parah yang patut untuk dikasihani, setidaknya kita akan belajar untuk menyusun kekuatan dengan cara kita sendiri. Dengan tangan kita sendiri. Tanpa perlu memberitahu ke semua orang bahwa kita tengah melakukan pembohongan besar-besaran.

Mungkin, begitu pula lah rasanya jika kalian tengah menanti kedatangan ‘jodoh’ tertepat dalam hidup kalian. Kalian tak perlu harus selalu menampakkan rupa galau untuk mendapat perhatian dari orang lain. Misalnya, sang cewek harus mengupdate status galau supaya dikasihani oleh teman-teman cowoknya. Atau, anak putra harus nge-tweet kata-kata merana yang bisa menarik simpati follower-follower putrinya. Tidak harus begitu, bukan? Sangat tidak perlu malah.
Seperti kata Om Mario Teguh, “Segera pantaskan diri kalian untuk menerima jodoh dan nasib terpantas untuk kalian.”

Jadi, sekali lagi kuncinya ya ada dalam diri kalian masing-masing. Keyakinan untuk menyakini bahwa ketentuan Allah itu benar-benar indah. Garis yang dibuat oleh Allah benar-benar tepat, meskipun banyak belokan yang harus dilalui dulu hingga mencapai garis finish yang diinginkan kelak akhirnya.  Tapi yang pasti, di sana, di ujung sana telah tersedia finish terindah yang kelak akan pantas kalian nikmati... jika saatnya telah tiba. Saat terpantas untuk menikmatinya.

Dan karenanya... bersabarlah, teman! Nikmati saja penantian ini dengan sejuta kegiatan yang bisa berguna bagi hidupmu dan orang-orang di sekitarmu. Karena itu lebih pantas, daripada sekedar meratap. So, teruslah bersemangat!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar