Kamis, 03 Oktober 2013

Antara Kenangan dan Akhir Untuk Mengakhiri


“Dengan cara apa aku akan dikenang?”

Akhir-akhir ini pertanyaan bernada serupa kerap sekali menghampiriku. Seperti... ada sesuatu yang harus segera dituntaskan sebelum palu waktu dariNya bersuara.

Aku takut. Bukan takut pada kematian. Tetapi takut jika mereka yang kutinggalkan akan merasa kehilangan yang terasa. Atau, mereka yang kutinggalkan menjadi tak rela karena masih ada segepok kewajiban yang belum selesai kutuntaskan. Tapi, mungkin aku akan lebih takut lagi jika aku menjadi bagian yang tidak terkenang.

Egois, ya? Sepertinya begitu. Karena, ada atau tiadanya posisi seseorang... nilai dari secuil perhatian itu tentu berharga. Karena dari perhatian kita bisa dikenang. Dari dikenang kita bisa dikenal. Dari dikenal kita bisa tetap merasa ada. Merasa diakui keberadaannya, walau sekalipun sudah tak bernyawa.

Seperti kisah di bawah ini. Bagian dari kisah seorang guru di Jepang sana. Seorang guru yang mampu menjadi bagian dari kenangan termanis di hati siswa-siswanya.
Dan, aku berharap bisa menjadi bagian di tempat sekecil itu... di dalam hatimu, Kawan ^.^

By. Andari Hersoe

**88‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘ 8 , 8 ‘88**

DREAMERSRADIO.COM - Kisah nyata ini datang dari Jepang, sosok guru selain memberikan pelajaran akademis juga ikut memberikan pendidikan. Guru istimewa ini mampu merasakan kalau waktunya hidup didunia tak lama lagi, sehingga ia menulis pekerjaan rumah terakhir bagi muridnya yang membuat orang terharu.
Sebelum guru tersebut menghembuskan nafas terakhir, dirinya masih sempat menuliskan PR untuk para siswanya. Jika umumnya para murid malas mengerjakannya, maka PR yang satu ini membuat para siswanya menangis.
Guru tersebut menuliskan PR tersebut di papan tulis, dengan sebauh kapur ia mulai menuliskan tugas terakhir kepada murid-muridnya. Berikut tugas yang diberikan sang guru:
PR Terakhir
Tidak ada batas waktu.
Jadilah orang yang bahagia.
Saat kalian mulai mengerjakan tugas ini, mungkin aku sudah ada di surga.
Tidak usah buru-buru mengerjakannya. Kalian bebas menggunakan waktu yang dimiliki.
Tapi suatu hari, tolong kumpulkan padaku dan katakan, "Aku sudah melakukannya. Aku sudah bahagia."
Aku akan menunggu.
Tentunya PR tersebut menjadi PR paling mengharukan di dunia. Bahkan salah satu akun Twitter membagikan foto terakhir dari papan tersebut. Guru yang menuliskan tugas ini baru saja meninggal.
Namun apa yang ia sempat lakukan di nafas-nafas terakhirnya sungguh mengesankan. Ia benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang guru, yaitu memastikan bahwa anak didiknya bukan hanya belajar atas tuntutan akademis. Namun juga untuk menjadi seorang yang bahagia.

Source: yahoo.com//diakses tanggal 03/10/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar