Kamis, 10 Oktober 2013

Ketika Tanggung Jawab = Produk 'Tersier'

Rasa tanggung jawab tiba-tiba terasa langka. Menjadi barang tersier, barang mewah. Hal yang membuatku geram hari ini. Rasa-rasanya tak jauh beda seperti ingin menerkam habis wajah-wajah mereka... deretan orang tak bertanggung jawab. TAK BERTANGGUNG JAWAB... CATAT!!!

Sosok makhluk bertanggung jawab memang semakin sulit ditemui di jagat raya ini. Mudah sekali dihitung dengan jari. Sosok langka yang semakin mahal harganya.

Coba kalian bayangkan, berapa banyak orang tak bertanggung jawab yang seringkali datang di kehidupan kita? Mereka selalu ada di sekitar kita, tanpa kita sadari. Atau, justru kita sendiri yang menjadi bagian di dalamnya. 

Berapa banyak orang yang bersedia untuk peduli, jika melihat ada korban tabrak lari terkapar di jalan? Lebih banyak penonton daripada penolong. Berapa banyak orang yang mau bersusah ria memungut sebotol sampah bekas air mineral di jalan? Lebih banyak yang menggurutu 'jorok' daripada membantunya tertidur nyenyak di kotak sampah. Berapa banyak orang yang mau mengembalikan barang-barang yang dipinjam, walau barang itu sekalipun milik dan untuk kepentingan umum? Lihat, fasilitas telepon umum berangsur-angsur hilang karena tak ada yang mau menjaga pemanfaatannya. Halte maupun dinding-dinding jalan semakin indah dengan kata-kata coretan tak berkelas, atau umpatan kasar yang sangat menyegarkan mata. Berapa banyak orang yang mau peduli? Kurasa tak ada, tak ada yang mau disalahkan, bukan?

Tidak lain karena... nilai tanggung jawabnya semakin mengikis oleh budaya individualisme. Hedeonisme barat yang kian mengakar kuat. Dan, tanpa kita sadari.

Coba kalian bayangkan, ada sosok yang tak bertanggung jawab atas impiannya. Seorang anak, pelajar, ataupun mahasiswa yang saling berebut masuk ke sekolah dan kampus favoritnya. Rela berkompetisi mengalahkan ribuan bahkan ratusan pesaing sebaya dengannya. Tapi, saat mereka telah masuk dalam lingkungan pendidikan favorit itu... masihkah sama semangat kompetisinya? Apakah tak pernah terdengar gaung keluh-kesahnya ketika dihadapkan pada setumpuk tugas-tugas sekolah? Dan, keluhan itu bukti ketidak-tanggung-jawabannya. Terlebih lagi, jika mereka memilih untuk 'drop-out' dari pada rela maju untuk terus berkompetisi. Lalu, kalau sudah begini, dimana harga perjuangan yang telah dilakukan oleh mereka sebelumnya? Hanya sampah??

Atau, bisa kalian bayangkan juga, sosok lain yang tak bertanggung jawab atas cintanya, perasaannya. Seorang pria yang semakin gencar  berjuang atas nama 'cinta'. Sekali ditolak, maka seribu semangat akan kembali tercipta. Hanya demi cintanya. Cinta mati, katanya (???). Tapi, saat jalinan cinta itu sudah tercipta... apakah masih ada ungkapan "demi cinta" itu tadi? Putus-nyambung, percekcokkan, perceraian, hingga perselingkuhan telah menjadi buktinya. Walau tak semua pejuang cinta berlaku demikian, tapi saat ini deretan kasus skandal cinta rasanya semakin ngetren dan hebat jika bisa dilakukan secara berjamaah. Selingkuh dibalas selingkuh. Atau, playgirl versus playboy.
Heiii...kalian sudah mati rasa!! Atau kalian sudah lupa segala manis-indah janji "demi cinta" yang pernah kalian ungkapkan sebelumnya?? Lupa yang disengaja. Puihhh..

Dan, sosok yang tak bertanggung jawab atas haknya. Lihatlah, betapa giatnya para anak muda membawa selembar amplop coklat besar dengan kata-kata "Kepada Yth. Pimpinan HRD Perusahaan bla..bla..bla...". Semangat melamar kerja, mencari hidup yang lebih layak. Mendapatkan penghasilan dengan keringatnya sendiri, demi pemenuhan haknya sebagai makhluk yang sarat kebutuhan. Saat test interview pun meraka tak segan-segan mengumbar janji manis demi mengambarkan betapa beratinya posisi mereka kelak bagi perusahaan. Mengumbar janji loyalitasnya. 

Mereka yang berstatus sebagai karyawan atau pegawai atau staf apalah... pasti akan menuntut haknya. Hak terima gaji. Bahasa kasarnya sih upah, dan rasanya lebih cocok disebut begitu. Tapi, adakah di antara para karyawan itu yang seringkali mengucapkan kata-kata keberatan atau penolakan dari tugas-tugas kerja? Banyaaak... Bahkan mereka tidak segan-segan menuliskan kalimat keluhan itu pada lembar-lembar spanduk, meneriakkannya di moncong speaker, dan mengancam Sang Majikan jika segala keluhannya itu tak terjawabkan. 

Memang, tak ada salahnya berpendapat. Tapi, tetap harus lihat-lihat. Lihat kondisi dan posisi, bagian mana yang sesungguhnya dirugikan dan bagian mana yang sesungguhnya lebih diuntungkan. Bukankah di pelajaran-pelajaran sosial seringkali disebutkan, jika kita ingin menuntut hak kita... maka kita harus menjalankan dulu  kewajiban kita. Bukan begitu, sobat? Sesama sobat karyawan (^.^)

Dan, termasuk mereka... para pejabat kelas kakap bermental teri. Lihatlah, betapa bangganya mereka yang masih berkesempatan nongkrong manis di kursi pemerintahan! Demi bangsa, dalihnya. Tapi, ujung-ujungnya juga demi perut mereka sendiri. Atau, demi istri tercintanya yang banyak pinta di rumah. Atau, malah demi selingkuhannya. (Na'udzubillah)

Andai kata negeri ini memiliki banyak orang yang bertanggung jawab, badge negara berkembang rasanya sudah tak pantas lagi tersemat di dada bangsa kita. Andaikan ada banyak pelajar yang semakin giat berkompetisi meraih prestasi, buka demi prestise semata. Adaikan ada banyak mahasiswa yang semakin mengembangkan pola berpikir bebasnya secara positif, bukan demi idealisme mengatasnamakan komunitasnya. Adaikan ada ribuan orang yang berani mempertanggungjawabkan ungkapan cintanya, maka tak perlu lagi lembaran-lembaran tissue bertebaran. Tak ada sakit hati, tak ada kata galau, tak perlu lagi kata maaf. Dan, andaikan mereka yang sibuk berkongkow ria di kursi pemerintahan benar-benar mempertanggungjawabkan misi dan janji sucinya bagi negara, tak perlu lagi KPK didirikan!!

Jadi, maukah kalian menjadi sosok yang benilai mahal itu? Menjadi salah satu benda mewah itu? Menjadi pribadi yang benar-benar bertanggung jawab? Demi impian, demi cinta, demi pemenuhan keinginan, dan demi negeri kita tercinta ini pastinya. 

Dan, aku yakin... jika ada salah satu dari kalian yang bisa benar-benar membaca deretan kata 'nyampah' di postingan ini, maka itu artinya: kalian bisa menularkan wabah bertanggung-jawab ini dengan mudah. Semakin banyak yang tertular tentu semakin baik bagi penyebaran virus bertanggung-jawab ini. Demi kita semua.



Karena, kita pantas berjaya... INDONESIA-ku..! 




By. Andari_Hersoe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar