Minggu, 11 Juni 2017

SATU JIWA BERLABEL ‘SAYA’

HARI KE #1: INTRODUCTION

Kadang, makhluk berlabel manusia itu seringkali lupa. Lupa bahwa tiap-tiap makhlukNya diciptakan dengan kelebihan dan keterbatasan yang berbeda-beda. Jika kita punya kelebihan atau keahlian yang sama, lalu dimana seninya hidup? Bayangkan saja, pastinya sangat membosankan. Hanya ada ego individualis. Tidak ada perasaan saling membutuhkan. Tidak ada kesempatan untuk berkerja sama, saling melengkapi dan belajar menghargai.

Saat ingatan itu datang, kau akan sadar bahwa Dia sang azza wa jalla benar-benar telah menggunakan rumus keadilan dalam menciptakan alam beserta partikel-partikel terkecil di dalamnya.

Karenanya, jika ada yang bertanya padaku, “Siapa kamu? Perkenalkan tentang dirimu!”, dengan senang hati saya akan mengenalkan sesuatu yang membuat saya ‘berbeda’ dibanding orang kebanyakan. Because here I am..

Saya seseorang yang memiliki nama dengan market share cukup tinggi di pasaran. Bukan nama unik yang langka. 
Just... N-U-R-U-L. Berani bertaruh, hampir di tiap kota seantero Nusantara pasti tidak akan sulit untuk menemukan nick name ini dengan berbagai variasi embel-embel nama lain di depan atau belakangnya. Bahkan, nick-name ini juga bisa kalian temukan sebagai salah satu akronim nama pada musholla, masjid, sekolah, atau tempat-tempat lainnya. Begitulah. Laris manis. Toh, apalah artinya sebuah nama? Salah! Sebuah nama jelas ada artinya. Setiap orang tua saat mereka memilihkan sebuah nama untuk anaknya, pasti ada deretan doa yang terselip di dalamnya. Dan, keadaan ini tidak bisa terabaikan begitu saja. Jadi, percaya diri sajalah dengan nama yang saat ini kau sandang. Sepanjang atau sependek apapun itu. Entah langka ataupun biasa saja. Yah, begitulah.

Karakter saya sebenarnya bukanlah orang yang frontal. Saya lebih suka memendam emosi dalam diam. Tapi, jika suatu saat ketenangan saya terusik... maka saya pastikan, saya tak akan tinggal diam. Dan juga, saya bukanlah sosok pendendam. Tapi, jika ada sosok lain yang sudah melukai saya terlalu dalam... saya pastikan, kata maaf itu terasa mahal saya berikan untuknya. Karena saya hanya mencoba menjadi saya apa adanya, tak perlu ada topeng untuk mendapatkan simpatik orang lain dengan berpura ‘lurus’ di hadapan mereka. Karena bagi saya... prinsip itu perlu.
Idealis itu harus. Keras itu penting. Khususnya menanamkan prinsip, idealis dan keras itu pada diri saya sendiri.

Emm... sesuatu yang ‘berbeda’ pada diri saya, yang sebelumnya sempat saya sebut di atas itu berhubungan dengan sahabat setia saya. Dia dapat menjadi ganas sewaktu-waktu jika tidak hati-hati menjaga diri. Sahabat yang setia mengekor sejak awal tahun 2016 yang lalu, dialah… AUTOIMUN. Pribadi kedua saya.

Seseorang pernah berkata, memiliki gangguan autoimun itu semacam memelihara pengkhianat dalam tubuh. Dimana sistem imun yang seharusnya berposisi sebagai garda terdepan dalam mempertahankan kekebalan tubuh seseorang, justru berkhianat menjadi pelopor serangan untuk menjadikan kita binasa. Keadaan ini mau tidak mau berpengaruh juga dalam penciptaan label ‘saya’... semacam bertambah lagi daftar kekurangan dari diri saya. Ada beberapa hal yang dilarang, ada beberapa kondisi yang harus dihindari, dan ada beberapa impian yang harus terlipat rapi dalam kotak angan-angan semata. Sadar diri, karena saya yang sekarang ini tidaklah sama seperti saya yang dulu. Mencoba berdamai setiap hari dengan deretan warning yang terkadang terasa memuakkan. Tapi... yah, begitulah.

Suatu saat, kita akan sadar bahwa menciptakan label “orang baik” dalam diri kita sangatlah sulit. Ada beribu kriteria kompleks yang harus terpenuhi untuk mendapatkannya. Dan, terasa lebih sulit jika dibandingkan sekedar menjadi orang pintar. Karena kepintaran itu sejenis bakat, sedangkan kebaikan itu adalah pilihan... choice about who want to be."

Karenanya... hingga saat ini saya masih belajar membiasakan diri dalam babak per babak kisah baru yang Dia ciptakan, dengan berbagai tokoh yang sengaja Dia hadirkan pula dalam sandiwara hidup saya.

Karena... begitulah kita adanya. Sekeras bagaimanapun kita berusaha untuk menciptakan label ‘saya’ dengan konsep yang bagus, menarik, dan matang, semua itu akan sia-sia jika Dia berkehendak berbeda. Be yourself is important. Tapi, menjadi ‘dirimu sendiri’ di mataNya itu jauh lebih penting.

Lalu kiranya, cukup deretan kata ini yang membuat kita berhati-hati saat menciptakan label ‘saya’ dalam jiwa kita masing-masing...


Mungkin bagimu akan ada hari esok.
Mungkin bagimu ada masa 1000 hari atau 10 hari.
Tapi bagi sebagian dari kita... hanya ada hari ini.
Dan, apa yang kau lakukan hari ini adalah hal yang penting...
untuk saat ini, juga hingga masa yang tak terhingga.
Aku hanya ingin mengingat masa-masa terindahku.
Aku hanya ingin melihat apa-apa yang ingin kuingat.
Dan, bagaimana kenangan itu tercipta...
like a simple things about 'become who you are'
Saat itu aku menjadi sadar, bahwa hidup memang tidak akan selamanya.
Bahkan, saat hidup harus berakhir pun tetap ada hal yang tidak perlu menjadi akhir.
There are the meaning of life...
 oO~BASED ON BEFORE I FALL MOVIE~Oo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar