HARI
KE #1: INTRODUCTION
Kadang,
makhluk berlabel manusia itu seringkali lupa. Lupa bahwa tiap-tiap makhlukNya
diciptakan dengan kelebihan dan keterbatasan yang berbeda-beda. Jika kita punya
kelebihan atau keahlian yang sama, lalu dimana seninya hidup? Bayangkan saja,
pastinya sangat membosankan. Hanya ada ego individualis. Tidak ada perasaan
saling membutuhkan. Tidak ada kesempatan untuk berkerja sama, saling melengkapi
dan belajar menghargai.
Saat
ingatan itu datang, kau akan sadar bahwa Dia sang azza wa jalla benar-benar telah menggunakan rumus keadilan dalam
menciptakan alam beserta partikel-partikel terkecil di dalamnya.
Karenanya,
jika ada yang bertanya padaku, “Siapa kamu? Perkenalkan tentang dirimu!”,
dengan senang hati saya akan mengenalkan sesuatu yang membuat saya ‘berbeda’
dibanding orang kebanyakan. Because here
I am..
Saya
seseorang yang memiliki nama dengan market
share cukup tinggi di pasaran. Bukan nama unik yang langka.
Just... N-U-R-U-L. Berani bertaruh, hampir
di tiap kota seantero Nusantara pasti tidak akan sulit untuk menemukan nick name ini dengan berbagai variasi
embel-embel nama lain di depan atau belakangnya. Bahkan, nick-name ini juga bisa kalian temukan sebagai salah satu akronim
nama pada musholla, masjid, sekolah, atau tempat-tempat lainnya. Begitulah. Laris
manis. Toh, apalah artinya sebuah nama? Salah! Sebuah nama jelas ada artinya.
Setiap orang tua saat mereka memilihkan sebuah nama untuk anaknya, pasti ada
deretan doa yang terselip di dalamnya. Dan, keadaan ini tidak bisa terabaikan
begitu saja. Jadi, percaya diri sajalah dengan nama yang saat ini kau sandang.
Sepanjang atau sependek apapun itu. Entah langka ataupun biasa saja. Yah,
begitulah.
Karakter saya
sebenarnya bukanlah orang yang frontal. Saya lebih suka memendam emosi dalam
diam. Tapi, jika suatu saat ketenangan saya terusik... maka saya pastikan, saya
tak akan tinggal diam. Dan juga, saya bukanlah sosok pendendam. Tapi, jika ada
sosok lain yang sudah melukai saya terlalu dalam... saya pastikan, kata maaf
itu terasa mahal saya berikan untuknya. Karena saya hanya mencoba menjadi saya
apa adanya, tak perlu ada topeng untuk mendapatkan simpatik orang lain dengan
berpura ‘lurus’ di hadapan mereka. Karena bagi saya... prinsip itu perlu.
Idealis itu harus. Keras itu penting. Khususnya menanamkan prinsip, idealis dan keras itu pada diri saya sendiri.
Idealis itu harus. Keras itu penting. Khususnya menanamkan prinsip, idealis dan keras itu pada diri saya sendiri.
Emm...
sesuatu yang ‘berbeda’ pada diri saya, yang sebelumnya sempat saya sebut di
atas itu berhubungan dengan sahabat setia saya. Dia dapat menjadi ganas
sewaktu-waktu jika tidak hati-hati menjaga diri. Sahabat yang setia mengekor
sejak awal tahun 2016 yang lalu, dialah… AUTOIMUN. Pribadi kedua saya.
Seseorang
pernah berkata, memiliki gangguan autoimun itu semacam memelihara pengkhianat
dalam tubuh. Dimana sistem imun yang seharusnya berposisi sebagai garda
terdepan dalam mempertahankan kekebalan tubuh seseorang, justru berkhianat
menjadi pelopor serangan untuk menjadikan kita binasa. Keadaan ini mau tidak
mau berpengaruh juga dalam penciptaan label ‘saya’... semacam bertambah lagi
daftar kekurangan dari diri saya. Ada beberapa hal yang dilarang, ada beberapa
kondisi yang harus dihindari, dan ada beberapa impian yang harus terlipat rapi
dalam kotak angan-angan semata. Sadar diri, karena saya yang sekarang ini
tidaklah sama seperti saya yang dulu. Mencoba berdamai setiap hari dengan
deretan warning yang terkadang terasa memuakkan. Tapi... yah, begitulah.
Suatu saat,
kita akan sadar bahwa menciptakan label “orang baik” dalam diri kita sangatlah
sulit. Ada beribu kriteria kompleks yang harus terpenuhi untuk mendapatkannya. Dan,
terasa lebih sulit jika dibandingkan sekedar menjadi orang pintar. Karena
kepintaran itu sejenis bakat, sedangkan kebaikan itu adalah pilihan... choice about who want to be."
Karenanya...
hingga saat ini saya masih belajar membiasakan diri dalam babak per babak kisah
baru yang Dia ciptakan, dengan berbagai tokoh yang sengaja Dia hadirkan pula
dalam sandiwara hidup saya.
Karena...
begitulah kita adanya. Sekeras bagaimanapun kita berusaha untuk menciptakan
label ‘saya’ dengan konsep yang bagus, menarik, dan matang, semua itu akan
sia-sia jika Dia berkehendak berbeda. Be
yourself is important. Tapi, menjadi ‘dirimu sendiri’ di mataNya itu jauh
lebih penting.
Lalu
kiranya, cukup deretan kata ini yang membuat kita berhati-hati saat menciptakan
label ‘saya’ dalam jiwa kita masing-masing...
Mungkin bagimu akan ada hari esok.
Mungkin bagimu ada masa 1000 hari atau 10 hari.
Tapi bagi sebagian dari kita... hanya ada hari ini.
Dan, apa yang kau lakukan hari ini adalah hal yang penting...
untuk saat ini, juga hingga masa yang tak terhingga.
Aku hanya ingin mengingat masa-masa terindahku.
Aku hanya ingin melihat apa-apa yang ingin kuingat.
Dan, bagaimana kenangan itu tercipta...
like a
simple things about 'become who you are'
Saat itu aku menjadi sadar, bahwa hidup memang tidak akan
selamanya.
Bahkan, saat hidup harus berakhir pun tetap ada hal yang tidak perlu menjadi akhir.
There are the meaning of life...
Bahkan, saat hidup harus berakhir pun tetap ada hal yang tidak perlu menjadi akhir.
There are the meaning of life...
oO~BASED ON BEFORE I FALL
MOVIE~Oo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar