Jumat, 27 Januari 2017

FIGHT SONG

HARI KE #10: SESUATU YANG TIDAK AKAN ADA UNTUK KEDUA KALINYA



“Like how a single word
can make a heart open.
I might only have one match
but I can make an explosion.”
~ Fight Song – Rachel Platten

Akhirnya, tiba juga di penutup rangkaian hari dari even Writing Challenge #10DaysKF dari @KampusFiksi. Hari kesepuluh. Topik yang meminta konsistensi dari kata-kata. Sesuatu yang harus dilaksanakan. Sesuatu yang perlu dijaga. Sesuatu yang baiknya ada. Sesuatu itu terbalut dalam keharusan, tidak hanya sebuah ucapan kosong. Karena janji adalah janji. 
Ada banyak alasan seseorang berani memutuskan untuk merumuskan sebuah janji. Untuk menjadi sosok yang lebih baik. Untuk menjaga hati yang dicintai. Demi hasrat yang harus dijaga. Atau, demi impian yang tak hanya hilang saat terjaga. Dan di antara kesemua alasan itu, hampir tidak pernah ada nada paksaan di dalamnya. Karena janji memang sesuatu yang berasal dari hati, bukan pikiran, bukan emosi sesaat, dan bukan mengandalkan logika. Bukankah segala sesuatu yang berasal dari hati layak untuk dipercaya?
Karena itu, janji ini akan kusampaikan secara terbuka untuk hatiku. Agar dia teringat untuk selalu menjaga isi yang berada di dalamnya. Hanya untuk hal-hal yang pantas dijaga dan berarti untuk dipertahankan. Merekalah: cinta, impian, dan harapan. Semacam barisan lirik dalam lagu penguat (Fight Song.Red), untuk menguatkan si penulis lirik, sang penyanyi dan juga para pendengarnya.

C I N T A
Secara tegas, kupastikan hingga detik ini hanya ada satu nama yang akan tetap terpatri di hatiku. Pasangan simian line-ku. Sosok yang akan menjadi imam dunia dan akhiratku (semoga).
Tidak terhitung sudah berapa tahun menghabiskan berbagai bentuk cobaan dengannya. Berjuang untuk mendapatkan restu orang tua dan meyakinkan keluarga. Perlawanan melawan ego masing-masing untuk meleburnya menjadi kita. Hingga mempertahankan kepercayaan dan kesetiaan bersama. Saling meyakinkan, saling menguatkan, sekaligus saling mendukung satu sama lain. Walau aku sering kali merasa tertatih ketika melewatinya bahkan hampir menyerah, tapi simian line-ku tetap seperti tak pernah kehabisan cara untuk kembali memupuk kekuatan bersama.
Dulu… aku memang sempat begitu bodoh, mencoba pemilik hati-hati yang lain. Memanfaatkan kepercayaannya dengan salah. Membanding-bandingkan dengan rasa yang ditawarkannya. Tapi tetap saja, berulang kali mencoba dengan hati lain, tidak ada satupun yang mampu membuatku merasa jadi seorang wanita utuh. Tidak ada yang bisa memperlakukanku seindah perlakuannya. Sementara dia tetap setia menanti di ujung langkahku. Dengan keyakinannya, bahwa sejauh apapun aku melangkah menjauh, aku pasti akan kembali padanya.  
Hmm… sepertinya, tiap orang selalu dihadapkan pada beberapa pilihan. Sayangnya, tidak semua orang merasa yakin bisa membuat pilihan dengan tepat. Atau, terlambat meyakini pilihan tepatnya itu.
Tapi, tidak peduli pilihanku ini tepat atau tidak, aku akan selalu meyakininya…. bahwa, dialah satu-satunya pilihan yang paling kuinginkan di jagad semesta raya ini. Dan, keyakinan ini akan terus kujaga layaknya janji suci ikatan pernikahan yang sudah terucap.
Aku berjanji akan terus menjaga pilihan hati ini.
Dan bagi kalian, jiwa yang memiliki hati lainnya dengan pilihan masing-masing, semoga kesempatan yang sama juga diberikan kepada kalian. Kesempatan untuk menentukan pilihan dengan tepat, pada hati yang tepat, dan di waktu yang tepat. Sekalipun untuk mendapatkan kesempatan itu kalian harus melewati barisan perjuangan yang tidak akan habis dengan sekali kedipan mata saja. Berusaha keraslah! Karena sesuatu yang dilakukan dengan usaha keras tidak akan pernah terasa sia-sia.

I M P I A N
Impian itu sesuatu yang tampak berkilauan, meski berada dalam ribuan mil dari tempat kita berpijak. Hingga tak jarang melahirkan kata-kata pesimis maupun optimis. Kata mereka—kaum pesimis, sekalipun tidak bisa meraih impian itu, setidaknya bisa merasakan kilau cahayanya. Kata mereka—kaum optimis, sekalipun impian itu jauh, setidaknya jangan pernah berhenti mencoba untuk terus mengusahakannya dekat.
Kalau kalian, setuju pendapat kaum yang mana?
Bagiku, impian memang harus seperti itu. Harus sesuatu yang begitu sulit untuk didapatkan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan impian namanya kalau terlalu mudah digenggam, bisa jadi itu hadiah. Atau, anugerah.
Begitu susahnya dalam mewujudkan impian, karena itu perlu ada konsistensi untuk tetap menjaga bara semangat kita. Berani bermimpi semestinya juga berani berjanji untuk mewujudkannya.Tidak peduli jika nantinya akan terdengar suara sumbang maupun cibiran dari sana-sini, semestinya semua itu tak perlu terasa menganggu. Karena kita yang paling tahu apa yang kita butuhkan. Paling mengerti seberapa besar kadar keinginan kita.
Jadi, ingatlah hatiku… untuk saat ini, esok, maupun nanti aku berjanji untuk menjaga impianku bebas bernapas di udara terbuka. Impian tentang keluarga yang sempurna. Impian tentang pemenuhan rasa ingin tahu dan menjaga tanggung jawab akademis. Impian tentang menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat bagi mereka kebanyakan. Hingga impian itu menjadi semudah menarik napas.

H A R A P A N
Manusia itu akan mati jika tidak memiliki harapan. Harapan untuk tetap mengembuskan napas dalam balutan jiwa yang sehat dan pikiran yang merdeka. Kombinasi sempurna untuk tetap menjaga harapan agar impian maupun cinta yang dipunya tetap ada bersamanya.
Bagiku, harapan adalah kesembuhan total dari RA (Rheumatoid Arthritis) yang hingga saat ini masih betah berlama-lama menyewa tubuhku. Parasit yang menjengkelkan. Sering kali membuatku terlupa, lalu dipaksa untuk menyuarakan keluhan. Semacam, kenapa begini? Kenapa harus aku? Kenapa sakit ini? Sampai kapan begini? Deretan pertanyaan yang tak ubahnya suara keputusasaan.
Tapi terkadang juga membuatku bersyukur. Karena pemberianNya yang satu ini akan selalu membuatku teringat, bahwa jiwa kerdil ini memang bukanlah makhluk tersempurnaNya. Jadi, memang harus seperti ini aturannya. Dan dalam kasusku, proses untuk selalu mengingat Dia harus dengan jalan begini. Ada batas-batas kemampuan tertentu yang memang tak pantas dilalui oleh manusia. Bukan keterbatasan yang sengaja kita ciptakan. Tapi, keterbatasan dariNya yang membuat kita harus berani berharap. Harapan untuk merindukan sembuh dan menjadi normal.
Akh… aku merindukan dunia yang seperti itu. Dimana bebas bergerak tanpa harus menikmati rasa nyeri yang menyiksa. Dan, demi kerinduan itu… aku berani menyuarakan tipe janji satu ini.
Aku berjanji akan selalu menjaga kestabilan pikiran dan kondisi fisikku. Tidak akan kembali lalai. Melupakan waktu, tanggung jawab, dan daya tahan tubuhku demi rutinitas pekerjaan yang menggila. Karena rasanya, aku tak akan sanggup untuk menatap kembali gurat-gurat kekhawatiran di wajah mereka—orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku—untuk kedua kalinya.

Dan kiranya, itulah tiga paket janji yang sedang dan akan terus kuupayakan. Setidaknya, demi menjaga apa-apa yang kubutuhkan untuk diriku sendiri. [END. #10DaysKF @KampusFiksi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar